Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo & Gibran membantah anggapan media massa bahwa Indonesia secara ekonomi terlalu berkiblat ke China. Terutama dalam hal investasi-investasi yang saat ini berkembang di Indonesia.
Anggota Dewan Pakar TKN Mulya Amri mengungkapkan kepada media bahwasanya. Anggapan yang sudah berangsur angsur lama itu kemungkinan muncul karena China merupakan negara tujuan ekspor dan impor utama Indonesia.
Prabowo & Gibran Tegaskan Indonesia Tidak Pro Pada China
“Tadi pihak kita sendiri sudah disebutkan kita terlalu China-sentris. Hal ini menurut saya kemungkina karena saat ini ekspor-impor kita paling besar ke China dan dari China.” Ungkapnya dalam program Your Money Your Vote.
Yang mana acara ini bertajuk “Jurus Ekonomi Capres-Cawapres di Tengah Perang dan Ketidakpastian Global”.
Mulya sendiri menilai bahwasanya hal tersebut adalah sebuah ketidaksengajaan. Menurut dirinya pribadi, pemerintah Presiden Joko Widodo.
Sama hal dengan lainnya juga mengajak semua negara untuk berinvestas. Dan juga diminta untuk berdagang dengan Indonesia. Dia mencontohkan bahwasanya bisa saja misalnya pada perhelatan G20.
Di acara yang sedang berlangsung itu, dia juga mengungkapkan. Bahwasanya Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga hadir dan berbicara mengenai investasi.
Baca Lainnya : Pembangunan RI Ditentukan Pada Keberhasilan Pemilu 2024
Perusahaan-perusahaan besar asal negeri Paman Sam. Ungkapnya kepada media, juga banyak yang berinvestasi ke Indonesia. “Amerika juga kita kejar,” kata dia.
Hanya saja, menurutnya, saat ini investor dari China lebih agresif dalam berinvestasi di Indonesia.
Menurut dia, tidak mungkin negara Indonesia yang saat ini dalam masa perkembangan menolak negara yang ingin berinvestasi di Indonesia.
“Kebetulan yang masuk investasinya ialah negara China dimana mereka lah yang mau beli barang kita duluan. Dengan adanya hal ini apakah karena kita pro-China?. Tentu saja tidak dong , semua untuk kepentingan Indonesia. Yang mana yang masuk dan menguntungkan itu yang kita ambil.” Ujar dirinya kepada media.
Meskipun demikian, Mulya menilai bahwasantyake depan. Negara Indonesia tetap harus memperbanyak jumlah negara yang menanamkan sahamnya dan berinvestasi di Indonesia.
Baca juga : KH Marzuki Mustamar Dicopot Ini Efeknya Pada Peta Politik Jatim